Kamis, 30 Agustus 2018

PANTAI AIR MANIS DAN LEGENDA MALIN KUNDANG




Jika berbicara tentang anak durhaka, pikiran kita pasti langsung tertuju kepada legenda Malin Kundang. Dan jika Anda akan menghabiskan liburan di Sumatera Barat, jangan pernah melewatkan agenda berkunjung ke objek wisata Pantai Air Manis dan melihat Batu Malin Kundang.  Batu yang menjadi simbol anak durhaka ini akan membuat Anda terkagum-kagum karena bentuknya yang memang menyerupai seorang laki-laki yang tengah bersujud atau tertelungkup menghadap tanah. Tidak jauh dari Batu Malin Kundang di sekitarnya terdapat bebatuan-bebatuan besar yang tersebar tersebut diperkirakan adalah kapal besar milik Malin Kundang yang juga berubah menjadi batu. 

Objek Wisata

Keberadaan Batu Malin Kundang ini sangat menarik perhatian para wisatawan. Bentuknya yang menyerupai manusia ini sangat membuat banyak orang penasaran ingin melihatnya. Dan untuk mengunjungi Batu Malin Kundang ini tentunya tujuan utamanya adalah Pantai Air Manis. Pantai dengan pasir yang berwarna putih kecoklatan ini apabila air lautnya pasang naik, maka ombaknya akan menghempas batu tersebut dan bahkan dapat menutup Batu Malin Kundang ketika air laut pasang besar, maka batu-batu itu akan menyerupai dinding kapal yang sudah pecah, pastinya akan sangat terlihat indah.

Tidak hanya itu, jika air laut sedang surut, Anda pun bisa berjalan sejenak ke Pulau Pisang, sebuah pulau kecil dengan luas sekitar 1 Hektar yang terletak tidak jauh dari tepian Pantai Air Manis. Perjalanan menuju pulau tersebut dapat ditempuh dengan berjalan kaki saja. Pulau ini dapat dijadikan sebagai tempat peristirahatan sementara sambil menyantap bekal makanan yang Anda bawa. Namun perlu diingat, Anda tidak bisa berlama-lama berada di Pulau Pisang ini karena beberapa jam kemudian air laut akan berangsur-angsur naik, sehingga Anda tidak dapat lagi kembali ke tepian Pantai. Seperti pantai-pantai lain, Pantai Air Manis juga bisa dijadikan tempat berselancar karena ombaknya cukup stabil. Kawasan Pantai Air Manis ini sering dijadikan para muda-mudi untuk tempat berkemah bersama. Untuk urusan kuliner Anda tidak perlu cemas karena lidah akan dimanjakan dengan berbagai masakan khas Padang. 

Fasilitas dan Akomodasi

Jika Anda ingin berlama-lama menikmati Pantai Air Manis, Anda tidak perlu khawatir untuk mencari tempat bermalam di sekitar kawasan wisata pantai, karena tersedia penginapan dengan harga yang terjangkau, karena sebagian besar penginapan tersebut dikelola oleh masyarakat sekitar. Untuk urusan makan, tersedia warung makan yang berada di sepanjang Pantai Air Manis. Selain itu beberapa fasilitas seperti tempat parkir, toko souvenir, toilet umum, persewaan papan selancar dan tempat ibadah juga sudah tersedia.

Selain menikmati keindahan pantai di Pantai Air Manis pengunjung bisa berkeliling pantai dan menyeberang ke Pulau Pisang Kecil, menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Sikuai yang terletak di sebelah Pulau Pisang. 

Sejarah Batu Malin Kundang



Di sebuah desa, hiduplah seorang perempuan miskin. Ia hidup bersama anak tunggalnya, namanya Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga hidup mereka selalu berkekurangan.

Saat Malin Kundang mulai dewasa, ia memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin mengadu nasibnya di sana.

"Barangkali dengan pergi ke kota, aku bisa mengubah nasib kita, Ibu," ucap Malin Kundang.

Dengan berat hati, ibunya pun mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi perempuan tua yang kesepian. Setelah kepergian Malin, ibunya selalu memikirkan keadaan anaknya itu. Ia jadi sakit-sakitan, sementara Malin tak pernah mengirim kabar untuknya.

Hingga beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasib. Ia telah menjadi saudagar yang kaya raya. Malin memiliki banyal kapal. Hidup Malin tak lagi susah. Malin juga menikahi seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik.

Suatu hari, Malin ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali ia tak pulang. Malin pergi bersama istri dan banyak pekerjanya. Ia juga membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.

Sampailah Malin di desanya. Dengan sombong ia membagikan uang kepada penduduk. Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi ke rumah Malin, hendak memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.

“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya.” seru tetangga itu.

"Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar darinya," ucap ibu Malin, terkejut.

"Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat sangat tampan, dan istrinya juga sangat rupawan," ucap tetangganya.

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.

“Malin, kau pulang, Nak," seru ibunya.

Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui orangtua yang berpakaian sangat lusuh itu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini?

"Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orangtua ini adalah ibumu?" tanya istri Malin, bingung.

"Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru Malin.

Sungguh sakit hati Ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk Malin.

"Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Maka, kau aku kutuk menjadi batu. Kau anak yang durhaka.” ucap ibunya.

Malin ketakutan. Ia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah sangat sakit hati. Seketika hujan turun sangat lebat, dan petir menyambar. Saat itu pula Malin berubah menjadi batu.

Hingga beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasib. Ia telah menjadi saudagar yang kaya raya. Malin memiliki banyal kapal. Hidup Malin tak lagi susah. Malin juga menikahi seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik.

Suatu hari, Malin ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali ia tak pulang. Malin pergi bersama istri dan banyak pekerjanya. Ia juga membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.

Sampailah Malin di desanya. Dengan sombong ia membagikan uang kepada penduduk. Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi ke rumah Malin, hendak memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.

“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya.” seru tetangga itu.

"Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar darinya," ucap ibu Malin, terkejut.

"Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat sangat tampan, dan istrinya juga sangat rupawan," ucap tetangganya.

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.

“Malin, kau pulang, Nak," seru ibunya.

Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui orangtua yang berpakaian sangat lusuh itu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini?

"Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orangtua ini adalah ibumu?" tanya istri Malin, bingung.

"Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru Malin.

Sungguh sakit hati Ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk Malin.

"Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Maka, kau aku kutuk menjadi batu. Kau anak yang durhaka.” ucap ibunya.

Malin ketakutan. Ia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah sangat sakit hati. Seketika hujan turun sangat lebat, dan petir menyambar. Saat itu pula Malin berubah menjadi batu.

Lokasi

Secara geografis Batu Malin Kundang terletak di daerah Pantai Air Manis, Kelurahan Aie Mani, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Akses

Untuk menuju ke lokasi wisata legenda ini Anda dapat menempuhnya dengan menggunakan kendaraan roda empat atau juga roda dua. Karena jalurnya yang sempit, maka Anda diharuskan untuk berhati-hati, walaupun jalannya sudah diaspal, tetapi lebarnya hanya 4 meter saja. Sangat disarankan agar kecepatan kendaraan Anda cukup 40 Km/jam, apalagi ketika cuaca sedang hujan. Dengan hanya menempuh lebih kurang 20-30 menit perjalanan dari pusat Kota Padang, maka Anda sudah dapat menikmati tempat ini.

SEJARAH JAM GADANG BUKIT TINGGI




Bagi kalian yang pernah mengunjungi kota Bukittinggi, pasti mengenal yang namanya Jam Gadang. Ya, Jam Gadang adalah nama sebuah menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi provinsi Sumatera Barat. Lokasinya di kelilingi oleh Pasar Bawah, Pasar Atas, Plaza Bukittinggi dan Istana Bung Hatta. Nama Gadang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti “besar”, nama ini diambil karena jam yang terdapat di keempat sisi menara tersebut yang berdiameter cukup besar, yaitu 80 cm.

Selain sebagai monumen kota Bukittingi, Jam Gadang juga menjadi objek destinasi para wisatawan baik domestik maupun asing. Dari puncak menara, para wisatawan bisa menikmati pemandangan kota Bukittinggi yang terdiri dari bukit, lembah dan bangunan yang berjejer di tengah kota. Saat ini, dengan diperluasnya taman di sekitar menara Jam Gadang, tempat ini menjadi ruang terbuka bagi masyarakat sekitar yang ingin menyelenggarakan semacam event-event tertentu, seperti bazar, festival dan lain-lain.

Sejarah Pembangunan

Menurut cerita para tokoh sejarah, pembangunan menara Jam Gadang dimulai sekitar tahun 1826 pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Menara Jam ini dibangun sebagai kado untuk sekretaris kota Bukittingi yaitu Rook Maker.

Designnya dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, seorang arsitektur pribumi, dan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra Rook Maker yang saat itu masih berusia 6 tahun. Pembangunannnya diprediksi menghabiskan dana 3000 Gulden. Pada masa itu, nilai angka tersebut cukup fantastis. Tak heran jika dalam sejarah pembangunannya yang memakan waktu cukup lama, Jam Gadang menjadi pusat perhatian sehingga dikenal luas di kalangan masyarakat.



Sejak didirikan hingga saat ini, ornamen jam gadang sudah beberapa kali mengalami perubahan khususnya pada bagian atapnya. Pertama kali dibangun, atap menara dibuat berbentuk bulat dengan patung ayam jantan diatasnya yang menghadap ke arah timur. Pada masa penjajahan Jepang, atap tersebut direnovasi menjadi bentuk seperti Pagoda atau Klenteng. Kemudian setelah Indonesia merdeka, atap menara tersebut diubah menjadi bentuk seperti adat rumah Minangkabau sekaligus menjadi simbol dari suku Minangkabau.

Renovasi terakhir pada Jam Gadang dilakukan pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) yang bekerja sama dengan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan pada tanggal 22 Desember 2010, tepat pada hari ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262. Sampai saat ini, Jam Gadang tersebut terus dilestarikan keberadaannya.

Dari segi bangunan, Jam Gadang didirikan tanpa besi penyangga dan adukan semen. Campurannya hanya pasir putih, kapur, dan putih telur sebagai perekatnya. Nah, putih telur ini,  selain sebagai bahan masakan dan kecantikan,  juga dipercaya memiliki kandungan zat perekat yang sangat kuat. Hal ini juga telah didukung beberapa penelitian tentang kandungan telur. Dalam sejarah, bangunan-bangunan lain seperti Colloseum di Roma, Masjid Raya Sultan di Riau, Candi Borobudur di Jogja dan bangunan bersejarah lainnya dibangun menggunakan putih telur. 

Kembali pada Jam Gadang, bangunan dasarnya memiliki luas 13 x 4 meter dan memiliki tinggi 26 meter. Bagian dalam terdiri dari beberapa tingkat dengan tingkat teratas menjadi tempat penyimpanan bandul. Pada tahun 2007, bandul tersebut sempat patah akibat gempa, namun langsung diganti oleh pemerintah Bukittinggi.

Pada keempat sisinya, menara tersebut terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm. Jam tersebut didatangkan dari Belanda langsung melalui pelabuhan Teluk Bayur. Perlu diketahui, mesin pada Jam Gadang dibuat secara eksklusif, yaitu hanya dua unit saja di dunia. Satu digunakan pada Jam Gadang, satu lagi digunakan jam besar Big Ben di London, Inggris. Mesin jam yang diberi nama Brixlion tersebut dibuat oleh perusahaan asal Jerman yang bernama Vortmann Relinghausen.

Keunikan Jam Gadang

Dibalik pembuatannya, ternyata Jam Gadang memiliki keunikan tersendiri, yaitu angka Romawi yang terdapat pada jam tersebut. Tulisan angka empat yang ada di jam tersebut menyimpang dari pakem, karena tertulis IIII, bukan IV. Di sinilah letak keunikannya. Angka empat romawi yang seharusnya ditulis IV malah ditulis dengan angka satu berjejer empat (IIII). Keunikan penulisan angka pada jam tersebut menyisakan tanda tanya besar bagi setiap orang yang melihatnya. Apakah penulisan angka tersebut merupakan sebuah kesalahan dalam pembuatannya, atau memang sebuah patron kuno untuk angka romawi?


Ada beragam versi cerita terkait penulisan angka Romawi tersebut yang beredar di tengah masyarakat, diantaranya adalah:

Pendapat  yang menyebut bahwa angka IIII pada Jam Gadang merujuk pada kecemasan Belanda terhadap simbol IV yang merupakan singkatan “I Victory” yang memiliki arti “Aku Menang”. Belanda takut angka IV menjadi pemicu semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka.Pendapat yang meyakini bahwa angka IIII merujuk pada jumlah korban tewas sebagai tumbal dalam pembangunan menara jam tersebut.Pendapat yang menjelaskan bahwa alasan penggunaan angka IIII semata-mata hanya karena masalah teknis. Apabila angka IV yang digunakan, maka pandai besi harus membuat huruf X sebanyak 4 batang, huruf I sebanyak 16 batang dan huruf V sebanyak 5 batang. Yang jadi masalah, pada zaman itu pandai besi hanya bisa ekonomis jika membuat besi dalam kelipatan empat. Jika angka empat ditulis dengan simbol IV, maka akan ada satu 3 batang huruf V yang terbuang. Karena alasan ekonomis tersebut, akhirnya pandai besi membuat angka empat dengan simbol IIII, bukan IV.Pendapat dari versi lain menyebut bahwa pada awalnya, penomoran Romawi memang bervariasi. Pada masa awal, angka empat memang ditulis IIII dengan empat huruf I. Hal ini dibuktikan pada jam matahari yang yang dibuat sebelum abad ke-19, hampir semuanya menggunakan IIII untuk angka empat. Termasuk Jam Gadang, karena dibuat pada awal 19 maka penulisan angkat empat masih menggunakan simbol IIII.

Dilihat dari berbagi macam penjelesan di atas, maka penjelesan pada poin keempat lah yang dirasa masuk akal. Jadi, sesungguhnya keunikan yang terjadi pada angka empat pada menara Jam Gadang hanya dirasakan oleh masyarakat modern saja. Karena pada masa ini, angka empat dalam romawi selalu ditulis IV, bukan IIII. 

SEJARAH SINGKAT ISTANO PAGARUYUNG




Banyak yang saah menyangka bahwa Istana megah yang menjadi ikon pariwisata kota Batusangkar tersebut adalah Istano Basa Pagaruyuang. Padahal kenyataannya Istano Basa Pagaruyuang asli berlokasi 2 km di utara Replika Istana yang biasa kita lihat sekarang. Pusat pemerintahan kerajaan pagaruyuang ini memang sempat beberapa kali terbakar oleh berbagai sebab, kemudian dibangun kembali sesuai dengan bentuk aslinya.

Terletak di Nagari Pagaruyuang, kecamatan Tanjung emas, menjadikan istana ini menjadi salah satu ikon pariwisata kota Batusangkar. Warisan kebudayaan dari luhak nan tuo ini selalu ramai dikunjungi waisatawan yang ingin napak tilas sejarah dan peninggalan nenek moyang minangkabau.

Arsitektur Istana Pagaruyuang

Istana pagaruyuang ini terdiri dari 3 tingkat. Tingkat pertama merupakan tempat aktivitas umum harian, Ruangan lepas, dengan singgasana raja di tengahnya. Di bagian samping terdapat masing-masing satu kamar di ujungnya, serta di bagian belakang. Kamar-kamar ini diperuntukan untuk putri raja yang sudah menikah.

Lantai kedua ditempatkan untuk putri raja yang belum menikah, sedangkan lantai teratas, yang biasa disebut dengan anjung peranginan adalah tempat raja dan permaisuri. Letaknya di tengah bangunan, tepat di bawah gonjong, sehingga area ini juga seringkali disebut gonjong mahligai.

Istana Pagaruyung sekitar 3 Km dari pusat Kota Batu Sangkar ke arah Utara, di Kecamatan Tanjung Emas. sebelum anda sampai ke Istana Pagaruyung yang letaknya tidak jauh dari kantor bupati Kabupaten Tanah Datar ada beberapa situs peninggalan sejarah yang terletak di pinggir jalan menuju Istana Pagaruyung. di daerah Kabupaten Tanah Datar masih banyak tempat wista yang dapat anda kunjungi seperti Batu Batikam, Balai Ruang Sari.


Di dalam Istana Pagaruyung terdapat berbagai peninggalan kerajaan minang kabau dan terdapat berbagai peninggalan sejarah Istana. didalam Istana ada peraturan yang di buat oleh pengelola wisata Istana Pagaruyung. di perkarangan Istana anda juga dapat menaiki kuda yang terdapat di sisi samping Istana Pagaruyung. anda dapat berkeliling Istana dengan menggunakan kuda.

Istana Pagaruyung memiliki kayu berbentuk empat persegi panjang seperti rumah panggung dengan atap khas minang kabau yang menonjol seperti tanduk kerbau. didalam bangunan ini terdapat 11 Gonjong, 17 Tonggak dan memiliki 3 lantai ini terdapat berbagai macam barang-barang peninggalan kerajaan yang masih di pelihara dengan baik. untuk masuk dan melihat-lihat sejarah yang terdapat didalamnya anda harus melepas kan alas kaki dan anda bisa membawanya dengan masukkan ke tas kain yang telah disediakan agar kebersihan Istana tetap terjaga. anda juga dapat berfoto dengan barang-barang yang berpada di dalam Istana



Istano Pagaruyung Terbakar




Bangunan sejarah ini sudah bebrapa kali terbakar oleh berbagai sebab. Sejarah mencatat, istana ini kebakaran sudah ketiga kalinya. Pertama kali pada tahun 1804 akibat kerusuhan berdarah kemudian terbakar lagi pada tahun1966.


Pada 27 Desember 1976, Gubernur sumatera barat saat itu, Harun Zain meletakan batu pertama pembangunan replika Istano Basa Pagaruyuang. Namun posisinya yang awalnya di batu patah dipindahkan ke selatannya, atau di tempat yang kita lihat sekarang,

Pada 27 februari 2007, Istana ini kembali terbakar akibat disambar petir yang menghanguskan tak hanya bangunan tapi juga sisa-sisa peninggalan sejarah. peninggalan yang masih bisa diselamatkan tersebut kemudian disimpan di Balai benda Purbakala Sumatera Barat. Sedangkan Harta pusakodisimpan di Istano silinduang Bulan. Batusangakar

Tak menunggu waktu lama, Istana ini kemudian dibangun kembali dan bisa dibuka untuk umum. Hingga saat sekarang, salah satu ikon wisata sumatera barat ini selalu ramai dikunjungi pelancong lokal dan mancanegara. Bahkan sempat menjadi tempat menjamu para peserta tour de singkarak untuk makan bajamba disini.

Rabu, 22 Agustus 2018

DONAT MIE



Ngapain beli kalau bisa bikin sendiri

Bahan-bahan

2 bungkus mie instan

5 buah cabai rawit merah

3 lembar daging asap

2 butir telur kocok

Minyak goreng secukupnya

6 sdm tepung bumbu serbaguna

6 sdm tepung roti

Cara Membuat

LANGKAH 1

Rebus mie instan sampai matang

LANGKAH 2

Tuangkan semua bumbu mie instan ke piring

LANGKAH 3

Campurkan mie yang sudah matang dengan bumbunya

LANGKAH 4

Masukkan cabai rawit merah, daging asap, dan telur kocok, aduk hingga merata

LANGKAH 5

Oleskan minyak goreng ke dalam cetakan donat, kemudian masukkan mie kedalam cetakan

LANGKAH 6

Kukus selama 15 menit

LANGKAH 7

Baluri mie dengan tepung serba guna, kemudian celupkan ke telur kocok, lalu baluri kembali ke tepung roti

LANGKAH 8

Goreng hingga matang

LANGKAH 9

Sajikan sesuai selera, akan lebih lengkap bila ada saus atau mayonaise

..

Selasa, 21 Agustus 2018

TELUR GEPREK CRISPY




Gak ada ayam? Telur nya juga bisa! 

Bahan-bahan

2 butir telur ayam

4 sendok makan tepung terigu

200 gram tepung serbaguna instan

secukupnya Garam

1 buah Daun bawang

5 buah Cabe rawit

4 buah Bawang merah

2 buah Bawang putih

secukupnya Minyak untuk menggoreng

Langkah

Pecahkan telur dan kocok sampai mengembang campurkan daun bawang dan garam secukupnya lalu goreng seperti dadar telur


Buat adonan basah dri tepung terigu, campurkan tepung terigu dengan air yang sudah di siapkan


Masukan juga tepung serbaguna instan di wadah terpisah


Potong2 dadar telur tadi masukan ke adonan tepung basah dan masukan ke tepung serbaguna instan ulangi hingga 2 kali


Panaskan minyak lalu goreng hingga kecoklatan


Buat sambal bawangnya. Kupas bawang merah dan bawang putih.


Lalu goreng ketiga bahan itu di dalam minyak yang sudah panas. Masukan bawang merah, putih dan cabe kedalam minyak. Hanya sampai layu, lalu angkat


Masukan ke dalam ulekan lalu ulek cabe dan bawang tersebut tambahkan garam ulek sampai tingkat kehalusan yang diinginkan.


Masukan minyak sisa menggoreng sedikit kedalam ulekan cabe tersebut. Lalu geprek telur yang sudah di goreng tadi


Sajikan dengan hangat... 

RESEP KULIT ONDE-ONDE ANTI GAGAL

 Ladies, kue tradisional yang satu ini memang sangat pas untuk dinikmati sore hari bersama dengan teh atau kopi panas. Well, kali in...